Sore
itu terdengar deru suara motor berhenti tepat didepan rumah Ayana.
Mamanya yang penasaran pun mengintip dari balik jendela, ternyata
terlihat Ayana yang diantar pulang oleh seorang cowok.
“Siapa cowok itu Yan?” Tanya mama setelah cowok itu pergi.
“Cuma
temen sekolah aja kok..” Jawabnya dengan nada terbata-bata. Karena
merasa takut akan diintrogasi lebih lanjut oleh mama, Ayana pun bergegas
masuk ke kamar.“Siapa cowok itu Yan?” Tanya mama setelah cowok itu pergi.
Ketika
mamanya sedang asyik menonton TV, Ayana menghampirinya sambil
senyum-senyum sendiri. Sikap Ayana membuat mama curiga dan heran.
“Kamu kenapa sih Yan? Mesem-mesem gak jelas?” Ujar mamanya sambil menggelengkan kepala.
Awalnya
mama menduga kalau Ayana minta tambahan uang jajan, tapi dugaannya
meleset. Ternyata Ayana meminta diizinkan berpacaran saat dirinya
berusia 17 tahun.
Mama
Ayana terkejut, ia tak menyangka jika permintaan itu yang diajukan
Ayana. Sebuah syarat pun diberikan sang mama pada Ayana untuk
mendapatkan yang ia inginkan. Ia diperbolehkan punya pacar dengan syarat
harus mencarikan kakaknya yang bernama Sakina seorang pacar.
Ayana
shock? Ia terus protes namun keputusan mama tidak bisa diganggu gugat.
Jika Ayana ingin diizinkan berpacaran, mau tidak mau ia harus mengikuti
persyaratan itu.
Dikamar,
Ayana uring-uringan marah-marah sendiri. Sakina yang merasa terganggu
oleh sikap adiknya dengan sengaja melempar Ayana pakai bantal.
“Kenapa sih lo Yan..? Berisik banget !”“Ini tuh gak fair buat gue kak” ungkap Ayana geram.
Sakina
tak mengerti dengan omongan Ayana. Ayana menjelaskan tentang semua
syarat yang diberikan mama padanya. Mendengar hal itu Sakina tak kalah
terkejut. Dengan semangat 48 Ayana menyiapkan beberapa jurus terjitunya.
Mulai dari memperkenalkan Sakina pada teman cowok di sekolahnya, hingga
ditempat bimbel. Tapi tidak ada satupun cowok yang membuat Sakina
tertarik. Namun hal itu tak membuat Ayana down, rencana kedua pun siap
dilakukan.
Dunia
maya memberinya ide, Ayana membuat sebuah group di facebook untuk
mempromosikan Sakina, foto Sakina pun diupload sebanyak-banyaknya. Nomor
handphone Sakina juga ditaruh disana agar cowok yang berminat bisa
dengan mudah menghubungi dirinya. Tak perlu waktu lama, sudah ada
beberapa cowok yang siap diperkenalkan dengan Sakina.
Tepat
jam 5 sore Ayana dan Sakina pergi ke sebuah café tempat dimana mereka
janji bertemu dengan cowok-cowok itu. Rencana kedua ternyata haurs
kembali GAGAL karena menurutnya semua cowok itu sama sekali tidak ada
yang sesuai dengan kriteria Sakina.
“Sorry Yan, semua cowok itu bukan tipe gue” Ujar Sakina cuek.
Kata-kata
itu membuat Ayana kecewa. Ia merasa kalau Sakina sama sekali tidak
menghargai usahanya. Jika Ayana tak berhasil mendapatkan cowok untuk
Sakian, itu tandanya sang mama pun tak mengizinkan dirinya berpacaran.
Sekarang pikiran Ayana buntu, otaknya tak mampu berfikir untuk mencari
jalan keluar. Zafran, si guardian angel pun datang dengan ide cemerlang.
Zafran memberikan saran agar Ayana merubah gaya penampilan Sakina dari
yang tomboy menjadi feminim.
Saat
Ayana memberitahu agar Sakina merubah gaya penampilannya
ternag-terangan Sakina menolak. Menurutnya untuk membuat cowok tertarik
tak perlu jadi cewek feminim. Ayana memberikan alasannya dan akhirnya
Sakina luluh juga.
Ayana
mengajak Sakina ke salon langganannya untuk melakukan perawatan dan
change style-nya Sakina. Kemudian mereka pergi ke suatu butik,
sebelumnya Ayana sudah janjian dengan Zafran untuk memperlihatkan hasil
make over Ayana merubah gaya penampilan kakaknya menjadi feminim.
Pertemuan
itu menimbulkan rasa penasaran Sakina akan sosok Zafran. Keinginan itu
Sakina ungkapkan pada Ayana bahwa dirinya ingin mengenal lebih dekat
dengan Zafran. Bagaikan tersambar petir disiang bolong, Ayana diam tak
bisa berkata apa-apa.
“Kenapa harus Zafran…?” tanyanya dalam hati.
Diam-diam
Ayana mencoba mendekatkan Sakina dengan Zafran, tapi tanpa diduga
justru Zafran malah mengungkapkan perasaannya pada Ayana. Disini Ayana
tambah bingung, bingung akan perasaannya sendiri terhadap Zafran,
bingung bagaimana menghadapi rasa sayang Zafran padanya. Bingung karena
Sakina mulai jatuh cinta dengan Zafran. Semua itu kini terus-menerus
membayangi pikirannya.
Sepulang
sekolah Sakina sengaja mampir ke sekolah Ayana untuk menjemput sang
adik sekaligus bertemu dengan Zafran. Tetapi tanpa disengaja Sakina
mendengarkan perkataan ungkapan sayang Zafran untuk Ayana. Sontak saja
Sakina terkejut, ia langsung menghampiri Ayana dan Zafran yang sedang
duduk dipinggir lapangan basket. Pertengkaran pun terjadi, semua
kekesalan yang ada dihati Sakina keluar begitu saja tanpa mendengarkan
penjelasan Ayana. Zafran, penyebab pertengkaran itu mencoba melerai
tetapi malah ia terkena bogem mentah Sakina.
Ayana
sama sekali tak menyangka akan seperti ini jadinya. Ayana yakin saat
ini Sakina sangat membenci dirinya. Permintaan maafnya juga tak mendapat
respon apapun. Berulang kali Zafran menelponnya tapi tak ia hiraukan.
Sakina juga bersikap cuek dan terkesan menjauhinya.
***
Hari-hari
yang ditunggu Ayana datang. Hari dimana dirinya tepat berusia 17 tahun.
Semula, party ini begitu ia idam-idamkan akan menjadi pesta yang
spesial sepanjang hidupnya. Tapi setelah peristiwa kemarin, ia tak bisa
bersikap apa-apa.
Teman-teman
Ayana sedari tadi sudah menunggu dilantai bawah. Mama mencoba membujuk
agar dirinya mau turun. Usaha mama tak juga berhasil, mama meminta
tolong pada Sakina siapa tau dengan dibujuk Sakina, sang adik akan
nurut.
Untuk
sementara waktu, ia harus menghilangkan rasa kesal dan amarahnya dihari
istimewa sang adik. Akhirnya Ayana pun mau turun ke lantai bawah dan
menemui teman-temannya. Acara party sweet 17 Ayana dimulai. Setelah
memotong kue ulang tahun, semua berpesta dengan menyetel lagu “Namida
Surprise”.
Didepan
teman-teman dan Zafran, Ayana menunjukkan senyum manisnya tanpa
memperlihatkan kebingungan hatinya karena peristiwa pertengkaran waktu
itu.
Setelah
acara selesai, Ayana, Sakina, dan Zafran sengaja bertemu di taman
belakang rumah untuk menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi kemarin.
Zafran akui, sejak lama ia menyukai dan punya rasa lebih dari sekedar
teman untuk Ayana tapi tak berani mengungkapkannya karena ia tau kalau
Ayana belum mendapat izin berpacaran dari mamanya. Zafran juga
mengungkapkan kalau ia menganggap Sakina sebagai teman biasa. Sakina
sekarang mengerti, semua ini hanya salah paham.
“Kamu mau jadi pacar Zafran..?” tanya Sakina pada Ayana.Ayana terlihat bingung menentukan pilihan. Jantung Zafran berdetak tak karuan.
“Jawab dong Yan…?!” pinta Zafran.
Ayana tetap saja diam, ia meminta waktu untuk berfikir.
“Maaf ya Fran, kita sahabatan aja. Aku merasa nyaman dengan
persahabatan ini, aku takut semua akan rusak karena cinta.” Ucap Ayana
Zafran
pun mengerti alasan yang Ayana berikan. Ia juga tak merasa keberatan,
karena mungkin PERSAHABATAN akan terasa lebih indah. Rasa sayang Zafran
juga tidak sepenuhnya sia-sia karena Zafran tetap bisa melampiaskan rasa
sayangnya sebagai sahabat.