A Dreamer Story
Awan putih terlihat terbentang di langit yang cerah. Mathari memancarkan sinar yang terselubung melalui sela-sela dedaunan dari tanaman yang tumbuh di pinggir jalan. Dari atas pepohonan di taman terdengar alunan nada nan merdu dari kicauan burung yang bertengger di ranting-ranting. Suasana asri yang didambakan semua orang.
Bersamaan
dengan harmonisasi pagi yang indah itu seorang gadis terlihat baru saja
melewati gerbang sebuah sekolah. Sembari sedikit bersenandung ia berjalan dengan langkah kecilnya bersiap
menyambut hari itu dengan penuh semangat.
“Ohayooo..” tiba-tiba terdengar suara yang memanggilnya
dari belakang. Ia pun menoleh ke tempat suara tersebut berasal. Tampak gadis
lain sedang berlari ke arahnya sambil melambaikan tangan. Ekspresinya tampak
sangat ceria.
“Ohayoou..... Yona chan!” serunya
lagi ketika sekarang sudah berdiri dihadapan orang yang disapannya tadi itu.
Sambil tersenyum Yona pun kemudian membalas “Ohayou...
Nadila sama” dan disambut dengan tawa
khas temannya itu.
Keduanya pun berjalan bersama melewati lapangan sekolah yang
cukup luas dan memasuki area gedung sekolah sambil bercakap-cakap dengan riang.
“Jadi.. kemarin kamu akhirnya dapat
juara pertama kan? Sugoi !” seru Nadila dengan penuh semangat kepada temannya
itu.
“Ah itu.. cuma kebetulan..
sebetulnya banyak yang lebih bagus dari aku” jawab Yona dengan merendah
“Tapi menurutku, kamu memang pantas
menang kok.. hehe. Waktu itu juara tiga, sekarang bisa juara pertama”
Yona
menanggapinya dengan senyuman. Dalam hati memang dia merasa senang sekali,
apalagi bisa membuat bangga orang-orang terdekatnya. Bagaimanapun hasil kontes
cosplay yang baru diikutinya itu memang diluar dugaannya. Mereka berdua
menapaki anak tangga menuju kelas sambil terus berbincang.
“Nee.. Yona.. festival sekolah sebentar lagi kan
ya?“
“Iya..”
“Menurut kamu, tema yang bagus
tahun ini apa ya?” tanya Nadila lagi
“Apa ya.. aku gak tau, soalnya kan
belum ditentukan. Nanti siang katanya ada rapat soal itu..”
“Yona ikut?”
“Ya iya dong ... aku kan ketua klub
Nihon bunka. Jadi kan wajib datang juga..”
“Hehe..iya ya... tapi kalau menurut
kamu maunya festival tahun ini diadakan seperti apa?“
“Hmm.. bagaimana ya..” Yona
berpikir membayangkan akan seperti apa. “Yang jelas aku lebih pingin nilai kebersamaan
kita ditampilkan. Membuat sesama murid sekolah ini lebih akrab satu ama lain.
Tujuan diadakannya festival sekolah kan untuk itu..”
“Sodesu..”
“Oh..iya kalau bisa harus berkesan
juga, terutama untuk anak kelas XII, ini kan tahun terakhir di sekolah..”
Mereka pun
tiba di depan kelasnya masing-masing. Kelas mereka berdua memang berbeda tapi
masih bersebelahan. Ketika akan memasuki kelas, seorang teman yang lain
memanggil mereka berdua dari kejauhan.
“Yonaa... Nadila chan..”
“Nobi chan.. ” balas Yona. Ia
penasaran melihat temannya itu mendatanginya dengan langkah yang terburu-buru.
“Sudah dengar? Semua ketua klub
bidang kebudayaan dan seni mereka ingin mencalonkan kamu sebagai ketua panitia
untuk festival sekolah tahun ini..”
Yona pun terperangah mendengarnya.
“Eh.. kenapa harus aku?”
“Mereka ingin kamu membuat
perubahan untuk tahun ini, untuk suasana baru..” jelas Nobi.
“Kereen.. kalau Yona-chan bisa jadi
ketua panitia tahun ini. Aku pasti akan dukung!” komentar Nadila dengan
semangat.
Yona tidak
berkomentar banyak soal itu, ia hanya senyum saja menanggapi pembicaraan
temannya itu. Lagipula mungkin saja itu cuma gurauan, bagaimanapun dia terkejut
ketika semua teman-temannya tiba-tiba mencalonkan dirinya seperti itu. Tapi
selain itu ada sedikit perasaan bersemangat ketika membayangkannya. “Asik juga
kalau benar-benar terpilih, tapi tentu saja tanggung jawabnya lebih berat”
pikirnya.
Mereka
bertiga pun asik berbincang-bincang dengan serunya di dalam kelas Yona.
Sementara terlihat murid-murid yang lain silih berganti terlihat berlalu-lalang
di koridor. Suasana pagi itu makin bertambah ramai. Tanpa terasa kemudian bel
masuk sekolah berbunyi. Nobi dan Nadila pun bergegas memasuki kelasnya
masin-masing. Kegiatan sekolah pun dimulai seperti biasa.
***
Waktu telah
mendekati pukul 1 siang, waktunya istirahat sekolah. Suasana kembali riuh di
luar sana, kelas, lapangan hingga kantin, akan tetapi tidak dengan suasana di
sebuah ruangan yang terletak di sebelah perpustakaan. Ruangan Osis. Semua orang
yang hadir di sana tampak tenang mendengarkan arahan dan penjelasan dari ketua
Osis yang memimpin rapat itu. Semua peserta rapat yang merupakan ketua,
perwakilan anggota klub sekolah dan juga perwakilan dari tiap kelas,
mendengarkan dengan seksama, tak terkecuali dengan Yona.
Sesi rapat
kemudian berlanjut dengan pemilihan ketua panitia untuk festival sekolah
mendatang. Pemilihan dilakukan oleh semua peserta yang hadir dengan cara
voting. Berdasarkan hasil voting kemudian, ternyata Yona betul-betul terpilih
menjadi ketua panitia.
“Baiklah... karena ketua panitia
sudah terpilih. Rapat ini kita lanjutkan minggu depan untuk membahas tema
festival sekolah tahun ini..” lanjut ketua osis menutup rapat, “Yona ada yang
mau disampaikan dulu?”
“Terima kasih atas kepercayaannya.
Ini tanggung jawab yang besar tapi saya akan berusaha. Karena itu mohon bantuan
dari teman-teman semua..”
Peserta
rapat pun membubarkan diri dan perlahan meninggalkan ruangan. Yona berjalan
dengan gontai melewati lorong-lorong yang penuh dengan murid itu. Suasana riuh
di sekitarnya sangat bertolak belakang dengan suasanya hatinya. Ada sedikit perasaan gundah, tanggung jawab besar
untuk menyelenggarakan acara yang membawa nama sekolah tapi ada juga perasaan
senang dan bersemangat. Semuanya bercampur aduk.
Ketika memasuki kelasnya ia pun serta merta disambut oleh
teman-temannya.
“Ini dia.. Ibu ketua kita!” seru
salah seorang dari mereka. Kelas pun langsung dibuat ramai.
Yona hanya tersenyum simpul saja sambil kembali ke tempat
duduknya. Teman-teman satu klub nya pun berdatangan ke kelas.
“Yonaa chan.. jadi ketua panita
nih..“ seru Kariin yang paling awal mendatanginya. Sementara Yona hanya
menanggapinya dengan ekspresi datar.
“Doushita no?” tanya Nadila melihat
ekspresi wajah Yona yang tampak datar itu.
“Enggak.. gak kenapa-kenapa..”
jawabnya.
“Semangat dong! Gimana sih ini
ketua?” seru Nobi sambil menepuk pundak Yona.
Sadar ada yang salah suasana pun menjadi hening.
Teman-temannya tidak ada yang berkata lagi sampai akhirnya, Yona sendiri yang
memecah keheningan itu.
“Teman-teman, aku perlu pendapat
kalian. Pulang sekolah nanti tolong berkumpul di sekretariat bisa?”
“Oke!” jawab Nobi mewakili
teman-temannya. Semuanya pun mengangguk tanda setuju. Bersamaan itu juga bel
tanda istirahat usai terdengar.
***
Sesuai yang
direncanakan, sore itu mereka pun berkumpul di ruangan sekretariat Akatsuki.
Nama klub studi kesenian dan budaya Jepang sekolah mereka. Mereka pun
berdiskusi tentang tema dan konsep yang bisa digunakan dalam festival
mendatang.
“Karena Yona chan yang jadi ketua
panitianya, ini kesempatan buat klub kita kasih ide. Kalau bisa kita pakai
konsep acara dengan tema gabungan kebudayaan Indonesia–Jepang. Gimana?” Usul
Kariin
“Maksudnya acaranya dibuat seperti
Bunkasai begitu?” tanya Dhifa.
“Iya ... kira-kira seperti itu..”
“Boleh juga..” sahut Nadila,
“Bagaimana Yon chan?”
“Itu pasti bagus. Bagaimana kalau
temanya begini : ‘Budaya & Bunka’ ? Pasti seru..” kata Yona memberi ide.
“Iya terus acaranya kita buat
kompetisi manga, band, dance sampai cosplay juga. Lalu kita ajak anak-anak
anggota klub sains juga buat mengadakan semacam kompetisi Robot atau pameran
teknologi yang pesertanya kita undang dari sekolah lain. Kalau berhasil mungkin
bisa jadi acara Bunkasai yang rutin setiap tahun..” Nadila menjelaskan dengan antusias.
“Jangan lupa undang guest star
juga, J-Indo band. Biar tambah rame..” sambung Nobi
“J-Indo band?” tanya Dhifa
kebingungan.
“Masak gak tau? J-Indo band itu
band Indo yang mengcover lagu-lagu Jepang..”
“Oh gitu.. tapi jadinya beneran
kayak Bunkasai event dong?”
“Mungkin begitu, tapi keren kan
jadinya. Selama ini kan yang mengadakan event Bunkasai selalu dari Universitas.
Cuma beberapa sekolah aja yang bisa..”
“Choto... tapi mungkin tidak
segampang itu, dana untuk acaranya bagaimana?” sergah Kariin.
“Dana sih bisa diusahakan, kalau
acaranya sukses kan bakal jadi festival yang paling berkesan sebelum
kelulusan..”
“Tapi anak-anak yang lain belum tentu semuanya setuju. Malah
mungkin ada yang menghina seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Tahun lalu
sewaktu kita menampilkan Yosakoi mereka tidak berhenti-hentinya menyoraki kita. Mereka anggap kegiatan klub
ini aneh” kata Kariin lagi.
“Biarin aja. Waktu acara tahun lalu
mereka yang seenaknya menentukan konsep acara tanpa berdiskusi dengan yagn lain,
terus kita disuruh ikut gitu aja. Sekarang giliran kita membalas..” sahut Nobi
dengan ketus.
Yona yang dari tadi diam saja
melihat teman-temannya berdebat akhirnya ikut mengungkapkan pendapatnya.
“Festival ini memang bisa jadi
kesempatan buat kita memperkenalkan ke mereka apa itu sebenarnya Nihon Bunka,
bahwa yang mereka tau tentang dunia Jejepangan selama ini itu gak cuma terbatas
sama Anime atau manga aja..”
Yona kemudian melanjutkan perkataannya “Tapi aku juga gak
mau antara siswa ada yang berselisih soal ini, tujuan diadakan festival ini kan
untuk kebersamaan kita semua. Jadi
bagaimanapun konsep acara yang kita ajukan nanti, kita juga harus mendengarkan
pendapat dari mereka”
“Begitu? Benar juga sih..”
“Yona baik yah..” kata Nadila
memuji.
Yona tersenyum, lalu ia berkata
lagi “Kalau begitu.. mulai besok kita bisa coba membuat proposalnya. Biar
minggu depan sudah bisa diusulkan waktu rapat. Siapa yang bisa bantu aku?“
“Aku..aku.. saja yang membuat..”
Jawab Dhifa sambil mengangkat tangan dengan semangat. Ia memang dikenal
terampil membuat proposal.
“Dhifa dan Yona mengerjakan proposal, sementara aku dan yang
lain cari referensi” Nobi melanjutkan.
“Iya. Terima kasih. semuanya tolong
bantuannya ya”
“Siaap!” seru mereka secara
serempak.
***
Minggu
berikutnya ketika Yona menyampaikan gagasan mengenai konsep dan tema festival
sekolah dalam rapat hampir keseluruhan peserta setuju, termasuk para pengurus
Osis. Mereka sangat antusias mendengar ide yang diungkapkan Yona dan klubnya.
Sebagian besar berpendapat tema itu sangat menarik dan bisa mengangkat reputasi
sekolah mereka, namun sebagian lagi kurang setuju dengan berbagai alasan.
Sebagai ketua pun Yona dapat memahaminya, ia tidak serta merta mengalahkan
pihak yang tidak setuju itu. Bagaimanapun ia ingin pihak siswa bisa bersatu. Ia
memang ingin menampung semua aspirasi yang ada.
Butuh waktu
beberapa lama untuk menyatukan pendapat dari semua perwakilan murid sebelum
akhirnya ia juga berhasil menampung aspirasi dari seluruh siswa dan merumuskan
konsep acaranya secara matang. Segera setelah konsep disetujui secara bulat,
pembagian kerja oleh panitia dilakukan, hari-hari berikutnya pun kesibukan
mereka bertambah. Masalah dana yang paling menjadi perhatian utama. Sebagus
apapun konsepnya tidak akan jalan tanpa dukungan dana yang memadai, oleh karena
itu para panitia mulai bergerak untuk mencari sponsor.
Bisa
dikatakan klub nihon bunka sekolah tersebut, bertindak sebagai pionir terdepan
dalam persiapan festival sekolah ini. Hal tersebut bisa dimengerti sebab mereka
yang paham betul tentang konsep yang akan dikerjakan. Hampir tidak ada waktu
senggang bagi semua anggotanya dan terutama bagi Yona sebagai ketuanya. Ia
betul-betul mengemban tanggung jawab ini dengan sepenuh hati. Seringkali saat
teman-teman yang lain sudah pulang ia masih tinggal dan sibuk mengerjakan semua
proposal maupun surat-surat yang dibutuhkan untuk mendatangkan sponsor di ruang
sekretariat. Ia baru akan pulang setelah malam. Teman-temannya yang melihat
keadaan itu pun menjadi khawatir.
“Jangan terlalu memaksa, kamu bisa
sakit nanti..” Nadila berkata padanya suatu siang saat jam istirahat. Yona
sedang mengutak-atik komputer di hadapannya sementara di sampingnnya bertumpuk
berkas yang tampak seperti proposal untuk dikirimkan kepada calon sponsor.
Yona menggeleng.
“Iie.... gak maksain diri kok..”
Jawabnya sambil tersenyum manis.
“Tapi diantara kita semua kamu yang
kerjanya paling berat..”
“Kayak apaan aja hehe.. gak berat,
aku enjoy aja kok ngerjainnya..”
“Ne.. Yon-chan, kamu bersemangat
sekali ya?”
“Harus semangat dong.. apalagi kan
ada kalian.. hehe..”
“Kenapa memangnya?”
“Iya.. kalau melihat kalian
bersemangat, aku merasa harus sepuluh kali lebih semangat. Walaupun
pekerjaannya sulit tapi gak akan terasa begitu kalau kita menjalaninya
bersama-sama..”
“Kamu terlalu berlebihan..”
“Enggak berlebihan, memang betul
begitu...”
Percakapan mereka berdua pun
terputus saat pintu ruangan terbuka tiba-tiba. Dhifa dan Nobi memasuki ruangan sekretariat dengan wajah
panik.
“Yon-Chan.. gawat…”
Tampak bingung, Yona memandangi
kedua temannya itu kemudian bertanya.
“Ada apa?”
Nobi
kemudian mejelaskan apa yang terjadi. Setelah mengetahuinya Yona pun segera
beranjak pergi meninggalkan ruangan sekretariat menuju ruang rapat siswa. Di
sana ia sudah ditunggu oleh ketua osis, kepala sekolah, guru pembina dan
beberapa orang lainnya.
***
Jalan untuk
mencapai sebuah tujuan memang tidak selamanya lurus. Setidaknya itulah yang
dibuktikan dan sedang terjadi sekarang ini. Konsep acara yang sudah dirancang
dengan matang dan disetujui semua elemen siswa, ternyata justru tidak disetujui
oleh komite sekolah. Mereka beranggapan sebaliknya bahwa acara tersebut
tidaklah menarik dan menginginkan acara dengan konsep lain.
Keputusan
akhir mengenai hal itu akan ditentukan melalui rapat komite dan perwakilan para
murid. Waktunya beum ditentukan tapi ini sudah membuat panitia yang lain
pasrah. Persiapan yang mereka lakukan
selama ini hanya akan sia-sia jika acara tersebut ternyata dibatalkan.
“Apa-apaan sih.. padahal sebagian
besar siswa sudah setuju..” Nobi berkata dengan kesal.
“Mau bagaimana lagi, setiap acara
yang diselenggarakan di sekolah kan memang harus melalui persetujuan komite..”
tanggap Nadila menenangkan suasana.
“Kalau begini acara itu bisa
batal..” kata Dhifa memecah keheningan.
Suasana di ruangan sekeretariat
tampak muram. Semuanya terbawa dengan suasana negatif
“Aku akan coba meyakinkan komite
sekolah dalam pertemuan berikutnya..” jawab Yona memecah keheningan.
“Yona... kamu sudah mengerjakan semua
dengan baik, tapi..rasanya memang hampir mustahil untuk melanjutkan, apalagi
mereka sudah bilang begitu..”
“Jangan pesimis begitu, selama
belum diputuskan, aku yang akan mengusahakannya. Ini sudah tanggung jawab ketua
panitia..”
***
Dan memang
persis seperti yang dikatakan oleh Yona, ia betul-betul tidak menyerah dalam
mengusahakan acara tersebut tetap berlangsung. Hari berikutnya ia langsung
menghadap kepala sekolah maupun ketua komite untuk menjelaskan. Setiap kali
proposalnya ditolak ia sendiri akan segera merevisi yang baru dan mengajukannya
kembali. Hal itu berlangsung terus menerus entah sampai berapa kali.
Hingga pada
akhirnya usaha yang dilakukannya tersebut berbuah manis. Berkat perjuangan
keras dan lobi yang dilakukan oleh Yona terus menerus, komite sekolah akhirnya
mau menyetujuinya. Persetujuan tersebut sebetulnya juga tidak terlepas dari
dukungan murid-murid hampir seluruh sekolah dan juga prestasi anggota klub
Akatsuki yang sering mengharumkan nama sekolah dengan menjuarai setiap lomba
yang sering mereka ikuti.
Kegiatan
panitia pun dapat kembali dilanjutkan untuk mempersiapkan festival tersebut.
Persiapan mereka menjadi tertunda selama beberapa minggu akibat permasalahan
dengan komite sekolah itu, padahal
tanggal penyelenggaraan sudah semakin dekat, yaitu kurang dari satu bulan lagi.
Namun hal tersebut tidak membuat Yona dan kawan-kawannya patah arang. Mereka
semua justru semakin bersemangat. Dalam waktu beberapa minggu mereka berhasil
mengumpulkan sponsor acara.
Hingga tanpa terasa waktu
penyelenggaraan tinggal seminggu lagi. Dalam rapat persiapan terakhir itu
mereka memeriksa kesiapan.
“Nad, desain pamfletnya sudah jadi kan?” tanya Yona kepada
Nadila.
“Udah. Tapi ya tau sendiri kan,
gara-gara masalah dana.. pamflet yang kita buat jadi terbatas, dekorasi juga..”
“Gak apa-apa. Pamflet dicetak
seperlunya aja, sementara dekorasi kan bisa diakalin. Lainnya gimana?”
“Stand untuk bazaar dan properti
panggung.. semuanya gak ada masalah..” sambung Nadila.
“Peserta lomba cosplay, band,
kontes robotik dan cerdas cermat, administrasinya semua juga sudah lengkap..”
Kariin ikut menambahkan.
“Ini juga berkat bantuan
teman-teman dari komunitas J-Likers yang banyak membantu untuk publikasi
acara..”
“Iya ya.. untung senpai nya Yona di
sana mau membantu..”
“Tapi yang terpenting ini kan juga
berkat kalian semua yang sudah bekerja keras..” jawab Yona
“Tapi tidak ada yang sekeras usaha
kamu..” balas Nobi.
“Tapi aku justru khawatir kalau
sepi pengunjung. Ini kan bisa dibilang event bunkasai pertama yang diadakan di
sekolah..” kata Dhifa
“Kita harus optimis! Kerja keras
dan niat akan berbanding lurus dengan hasil..” tanggap Yona
Nadila dan yang lainnya tersenyum
melihat semangat pantang menyerah ketua mereka itu. Kemudian ia berkata..
“Tapi saking sibuknya sepertinya
kamu jadi lupa sesuatu?”
“Eh..apa yang kulupakan?”
“Hmm.. Enggak sih..ga apa-apa..“
“Apa deh.. pake rahasiaan segala.
Apa ini sesuatu yang penting?”
“Yah tergantung kamu menganggapnya
bagaimana... Tapi nanti juga pasti kamu inget sendiri..”
Yona memandang teman-temannya satu
per satu. Mereka semua tampak menyembunyikan sesuatu.
“Dasar kalian ini aneh..” katanya
sambil tertawa.
***
Hari yang
dinantikan tersebut akhirnya tiba juga. Dengan waktu persiapan yang sempit dan
dana yang terbatas festival sekolah bisa tetap digelar. Mengambil tempat di
lapangan olahraga hingga halaman depan sekolah mereka yang memang cukup luas,
areal festival yang sederhana itu dibangun. Walaupun sederhana namun berkat
kreatifitas dan kerja keras para pantia serta anggota klub bunka, festival itu
tetap tampak meriah.
Panggung
yang berukuran tidak terlalu besar dibangun di dalam aula sekolah sedangkan di
halaman dan lapangan penuh terisi dengan aneka macam stand bazaar. Panggung itu
dilengkapi dengan dekorasi yang didominasi warna merah dan putih, tampak meriah,
semuanya dibuat sendiri oleh para panitia dan anggota klub. Di bagian samping
panggung berdiri maskot berupa manekuin hasil kerajinan tangan berukuran sedang
yang menggambarkan aneka macam tokoh anime bersanding dengan tokoh-tokoh
pewayangan khas Indonesia. Hal unik itu menggambarkan tema mereka sejak
awal yaitu “Budaya & Bunka”. Bunka
dalam bahasa Jepang berarti juga budaya.
Pengunjung
yang datang pun jumlahnya di luar dugaan dan mereka sangat antusias. Mereka
yang datang dari berbagai kalangan masyarakat tampak sangat terhibur dengan
konsep acara yang diadakan. Pengunjung yang datang juga tidak hanya terhibur
ketika melihat tokoh-tokoh yang sering mereka saksikan di anime diperankan oleh
para cosplayer, tetapi mereka juga mendapatkan berbagai edukasi melalui kontes
robotik dan cerdas cermat yang
diselenggarkan secara terbuka. Selain itu pengunjung juga dapat membeli aneka
merchandise seperti komik, action figure, jaket maupun T-Shirt.
Dari atas
panggung terlihat para band silih berganti menghentak dan menghibur pengunjung
yang datang dengan membawakan lagu-lagu Jepang dari berbagai aliran. Keberadaan
band-band itu sebetulnya di luar dugaan karena akibat minimnya dana, panitia
sempat batal untuk mengundang mereka. Akan tetapi kenyataannya solidaritas
antar komunitas lebih kuat mengalahkan segalanya. Sejumlah band itu pun tampil
secara sukarela. Mereka membawakan lagu-lagu dari sejumlah musisi Jepang yang
kebanyakan beraliran Japanese rock semisal One ok Rock, Larc en ciel dan MUCC
hingga aliran Visual kei seperti Gazette, Alice nine atau Dir en Grey, kendati
demikian ada juga yang membawakan lagu dari musisi yang beraliran J-pop seperti
YUI, SCANDAL dan Ikimono Gakari. Warna-warni musikalitasnya sangat terasa dan
acara festival tersebut berlangsung meriah dan
lancar hingga puncak penutupannya pada malam hari. Sebagai ketua panitia
Yona cukup merasa lega melihatnya.
Waktu
hampir menunjukkan pukul 12 tengah malam, acara memang sudah berakhir sejak
beberapa jam lalu namun panitia masih tetap tinggal di sekolah unuk membereskan
properti sisa acara tadi.
“Sayangnya kita tidak bisa
menampilkan Hanabi” ujar Yona “Persiapannya terlalu mepet..”
“Daijoubu, tidak apa-apa.. Dengan
segala keterbatasan kita bisa membuat acara semeriah ini itu sudah lebih dari
cukup..” ujar Nadila membesarkan.
“Iya.. Tapi tetap saja rasanya ada
yang kurang begitu. Rasanya aku belum memberikan yang terbaik..”
“Jangan bilang begitu. Kita bisa
menyelenggarakan acara ini kan juga berkat usaha keras kamu yang meyakinkan
teman-teman, komite sekolah hingga para guru..”
“Usaha keras itu memang tidak
mengkhianati ya..” timpal Dhifa menanggapi pekataan Nadila itu.
Yona tersenyum manis kepada
teman-temannya lalu berkata. “Ini semua berkat bantuan dari kalian juga. Aku
tidak akan bisa apa-apa tanpa kalian dan teman-teman yang lain..”
Beberapa saat Nobi yang berada di
kejauhan kemudian menghentikan pekerjaannya sementara. Ia kemudian mendatangi
Yona lalu berkata
“Nah.. malam ini tinggal satu hal
lagi yang harus dilakukan..”
“Apa?”
Semuanya saling berpandangan dan
melempar senyum satu sama lain, kemudian mereka menatap Yona.
“Kamu betul-betul tidak ingat ya?
Persiapan untuk festival ini memang melelahkan ya sampai-sampai kamu sendiri
lupa..”
“Tolong jangan membuat aku bingung.
Kita perjelas saja..”
“Oke..oke.. Ayo ikut!” ajak Nobi
menarik tangan Yona. Teman-temannya yang lain ikut berjalan di belakang mereka
berdua.
“Mau kemana?”
“Udah... Ikut aja dulu..”
Yona dibawa
ke bagian depan halaman sekolah dimana di tempat tersebut masih berserakan
properti sisa festival dan beberapa unit stand bazaar yang belum dirapihkan.
Dengan hati-hati melangkahi beberapa rangka besi pasak tenda yang tergeletak di
lapangan, Nobi membawanya ke sisi sebelah kiri lapangan dekat tiang basket.
“Mau apa sih?”
“Tunggu ya...” kata Nobi di sebelah
sambil melihat Jam tangannya. Beberapa menit kemudian ia berseru “Sebentar
lagi... Oke.. sekarang... Liat ke arah sana!” ia menunjuk ke arah atas gedung
sekolah.
Bertepatan
dengan itu secercah sinar berwarna merah meluncur dari balik atap gedung
sekolah ke langit yang gelap lalu berpendar sesaat sebelum meledak sembari
mengeluarkan bunyi yang menghentak. Api yang berwarna merah berpendar ke segala
penjuru dan meletup-letup. Belum hilang cahaya dari ledakan pertama, sinar
berikutnya ikut melesat ke langit kali ini warnanya bervariasi dan jumlahnya
menjadi lebih banyak. Langit malam seketika menjadi berwarna-warni.
“Hanabi?” seru Yona terkejut.
“Bagaimana bisa?”
Tidak ada jawaban dari
teman-temannya dari belakang. Ia kemudian berbalik badan dan terkejut setengah
mati melihat semua temannya.
“OTANJOUBI OMEDETOU!!” Seru mereka semua dengan
serempak.
“Kalian....” ia berkata
terbata-bata namun belum sempat melanjutkan kalimatnya, Yona sudah diserbu dan
dikerumuni oleh teman-temannya itu. Beberapa langsung memeluknya dengan erat.
Ia tidak dapat menahan air matanya lagi. Terharu dengan apa yang dirasakannya
sekarang. Tidak hanya teman-teman satu sekolahnya, entah bagaimana teman-teman
dari komunitas cosplay nya dan komunitas pecinta Jejepangan lainnya juga hadir
saat itu memberikannya ucapan selamat. Suasana yang tadinya sepi mendadak
kembali ramai.
“Kamu terlalu sibuk sampai lupa
dengan hari ulang tahun mu sendiri. Selamat Ulang tahun yaaa..” ujar Nadila
memeluk Yona dengan erat. Matanya juga berkaca-kaca. Dhifa membawa kue ulang
tahun berukuran sedang dengan lilin yang menyala di atasnya ke hadapan Yona.
“Dibandingkan dengan semua yang
telah kamu lakukan, ini mungkin tidak ada apa-apanya”
Yona tersenyum, “Tidak ada yang
bisa melebihi nilai pemberian tulus dari sahabat..” ia mendekatkan wajahnya
lalu meniup lilin itu dengan disambut aplaus dari teman-temannya lagi.
Sementara dari atas sana hanabi
atau kembang api itu masih terus menyalak mewarnai gelapnya langit. Warnanya
juga sudah lebih bervariasi dari yang petama meledak tadi, kembang api itu
sekarang berwarna merah- jingga –hijau
dan warna-warna cerah lainnya. Sangat indah.
Yona jelas penasaran siapa yang
menyalakan hanabi sebanyak ini, ia ingin menanyakan hal itu kepada
teman-temannya sebelum terdengar
seseorang berbicara dari arah belakangnya.
“Warna yang mencolok, sedikit
terlalu berlebihan sepertinya..”
Yona
membalikkan badannya dan ia kembali terkejut, namun sangat senang dengan
kehadirannya. Orang yang tidak terlihat sepanjang hari tanpa diduga sekarang
sedang berdiri di hadapannya. Sambil bersandar di sebuah meja bekas stand yang
belum dibereskan, ia menatap langit yang berpendar itu.
“Persis seperti biasanya.. Selalu
sok keren begitu..” kata Yona kepada orang di hadapannya itu.
“Biar saja. Tapi bagaimana juga ini
adalah kejutan yang pantas untuk si Pemimpi yang pantang menyerah, ne mideru?”
Yona pun kembali tersenyum..
0 komentar:
Posting Komentar