Kamis, 15 Agustus 2013

Bernafas Tanpamu


15 Agustus 2011, Solo, Indonesia -Mentari pagi lembut menyapa, Mengintip dari celah bilikku dengan kehangatannya kian merayap mengusir dingin yang sedari tadi menusuk tulang.
Disaatku membuka mata, aku menatap jam bekerku yang menunjukkan kearah jam 6 lewat 45 menit 7 detik. ”Terlambat”. Pikirku.
Tiba disekolah, jam tanganku tepat menunjukkan jam 7 lewat 30 menit, segera aku berlari dari lantai bawah hingga menuju lantai paling atas.
“Gubrakk”. Aku terjatuh karena penyakit jantungku kambuh lagi, untungnya ada seorang murid perempuan yang menolongku saat itu. Murid itu menolongku kelihatan ikhlas.
“Kamu gak apa-apa?”. Tanya murid itu dengan senyumannya.
“Yah aku gak apa-apa kok”. Jawabku dengan wajah pucat menahan sakit.
“Yakin? aku antar kamu kekelas ya ! “. Kata murid itu sambil merangkulku dan membawaku kedalam kelas. Awalnya aku menolak, tapi ia tetap memaksa diri untuk membawaku kedalam kelas. Kelihatannya ia khawatir dengan kondisiku saat itu.

Tiba dikelas, “Oia nomor handphone kamu berapa? Entar kalau terjadi sesuatu dengan kamu hubungi aja aku, ini nomor handphone aku”. Ujar murid itu sambil memberikan sebuah kertas kecil yang bertuliskan nomor handphonenya , kemudian ia pergi meninggalkan
Aku kelihatan sangat terburu-buru karena ia juga terlambat saat itu. Aku belum sempat mengucapkan terima kasih padanya karena ia sudah menolongku, aku juga lupa menanyakan siapa namanya.

Sepulang sekolah setelah kondisiku lumayan membaik, aku mencoba untuk sms Murid itu dan sms itu berisi ucapan terima kasihku padanya karena ia sudah menolongku, dari sms itu pula aku mengetahui namanya. Namanya adalah shania junianatha, kelasnya hanya
Bersampingan dari kelasku.

Semenjak itu shania sering kali memperhatikanku, ia selalu menjagaku dan kami selalu bersama bagai api dengan asap yang tak mungkin bisa terpisahkan. Aku dan shania akhirnya menjalin hubungan persahabatan, dalam persahabatan itu saling ada perhatian dan pengertian diantara kami.

Gak lama kemudian, keadaan berubah. Mungkin shania menyadari bahwa persahabatan kami terlalu dekat sehingga ia sedikit menjauh dariku atau mungkin sebaliknya, ia malu punya sahabat yang penyakitan sepertiku. Aku dan shania saling melangkah berjauhan. Jarak itu
Membuat aku dan shania bertengkar, pertengkaran itu membuat kami lupa akan adanya Persahabatan diantara kami.

Tak mudah bagiku untuk melupakan semua kenangan manis, rindu takkan bisa meng-halangi kami. Akhirnya kami bersahabat lagi hingga pada akhirnya aku tahu kalau ternyata shania juga memiliki penyakit yang lumayan parah. Kasihan shania, setiap 2 jam sekali ia harus
Menahan sakit. shania memiliki penyakit ginjal yang cukup serius tapi ia tetap saja berkeras hati untuk tetap bertahan tanpa harus menajalani operasi.

Mendengar kabar buruk itu, sikapku terhadap shania agak lebih perhatian dari pada yang sebelumnya. shania ternyata tidak suka dengan sikapku yang terlalu memperdulikannya.
“Udalah rif, kamu gak usah terlalu peduli sama aku, lagian hidup aku gak bakal lama lagi kok !”. Ujar shania padaku. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut shania, aku spontan sangat terkejut. Aku dan dia sama-sama terserang penyakit yang keadaanya lumayan parah, tapi
sanggupkah aku harus bernafas tanpanya? , lebih baik aku yang akan pergi. Pikirku.
“Gak akan shan ! . Disini ada aku, selama masih ada aku dan selama kita masih bersama percaya kamu akan baik-baik saja”. Ujarku dengan senyuman menyemangatinya.

Hari akhirku sekolah dan hari terakhirku bersamamu shania. Aku akan menjadi bintang dimana yang akan menjaga tidurmu tepatnya dimalam hari, aku juga akan menjadi kupu-kupu yang ingin terbang menghiasi hari-harimu.
“Kamu pucat banget , badan kamu juga panas banget rif”. Begitulah kata shania dengan kekhawatirannya. Aku hanya tersenyum.
"shan, boleh aku minta pelukanmu?”. Pintaku padanya. shania langsung memelukku
Dengan pelukan hangatnya sebuah persahabatan.
“Makasih atas semuanya”. Ujarku dalam kata-kata terakhirku didunia dan melepaskan semua beban-beban penyakit yang kurasakan dalam pelukan hangatnya shania. Teriak histeris shania yang saat itu menghebohkan seluruh siswa beserta guru-guru disekolah. shania menemukan sebuah surat kecil disaku bajuku yang saat itu sempat aku tuliskan sebelum berangkat ke sekolah.

“Maafkan aku. Sebenarnya aku gak mau ninggalin kamu, tapi aku gak mau liat kamu harus terus menerus menahan sakit.
Ginjal ini !
Semoga ginjalku ini bermanfaat bagimu, jagalah ginjal ini seperti layaknya persahabatan kita.
Sekarang aku bernafas tanpamu, jadi kita tak perlu melangkah berjauhan lagi. Aku sudah mengikhlaskan semua. Maafkan aku yang jika selama hidupku tak berguna bagimu, maafkan aku yang jika pernah menyakitimu dan maafkan aku yang tak bisa disampingmu sampai detik ini sebagai sahabatmu, tapi tahukah kamu?aku akan tetap menjagamu disana bersama bintang – bintang . Lihatlah keatas dan curahkan semua isi hatimu, maafkan aku yang saat ini tak mampu menghapus air matamu. Kamu perlu tahu, jangan berikan aku hiasan butir-butir tangismu, tapi berikanlah aku senyuman terindahmu disaat kepergianku”. (Rifky Satria Wardana)
Itulah isi surat kecil yang sempat aku tuliskan sebelum aku berangkat kesekolah.

 Author : Faris Wardana
FansPage : CPjkt48

0 komentar:

Posting Komentar